Home » , » Trauma Kepala

Trauma Kepala

Konsep Dasar Trauma Kepala (HEAD INJURY)

Pengertian
Trauma kepala merupakan jumlah deformitas jaringan di kepala yang diakibatkan oleh suatu kekuatan mekanis (Satyanegara,1998:148)

Trauma kepala adalah trauma yang disebabkan oleh kekuatan fisik eksternal yang dapat menimbulkan atau merubah tingkat kesadaran. Hal tersebut dapat berupa kerusakan atau gangguan kegiatan sehari-hari (Ignatavicius, Donna D., 1995: 923)

Trauma kepala ringan (mild head injury) merupakan suatu keadaan dimana kepala mendapat trauma ringan dengan hasil penilaian tingkat kesadaran (GCS) yaitu 13-15, klien sadar penuh, atentif dan orientatif (Mansjoer, Arief, 2000:5) 

Fraktur terbuka (open fraktur) yaitu suatu keadaan rusaknya kontinuitas tulang tengkorak dengan keadaan dura rusak (Suzane, C. Smelter, 2002:2210)

Fraktur linear merupakan fraktur akibat adanya kontak-bentur kepala yang disebabkan oleh benturan suatu objek yang keras dan objek pembenturnya berukuran sedang (Satyanegara, 1998:154)

Etiologi
Kebanyakan cedera kepala merupakan akibat salah satu dari kedua mekanisme dasar yaitu:
  • Kontak bentur, terjadi bila kepala membentur atau menabrak sesuatu obyek atau sebaliknya 
  • Guncangan lanjut, merupakan akibat peristiwa guncangan kepala yang hebat, baik yang disebabkan oleh pukulan maupun yang bukan karena pukulan (Satyanegara,2006 )
Klasifikasi cedera kepala
Klasifikasi cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan menurut Arif Mansjoer (2001) adalah :
  1. Cedera kepala ringan (mild head injury): Pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran, bila hilang kesadaran misalnya konklusio, tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang, biasanya mengeluh nyeri kepala dan pusing. Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala. 
  2. Cedera kepala sedang (moderat head injury) : Suatu keadaan cedera kepala dengan nilai tingkat kesadaran (GCS) yaitu 9-12, tingkat kesadaran lethargi, obturned atau stupor. Gejala lain berupa muntah, amnesia pasca trauma, konkusio, rabun, hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan cerebrospinal dan biasanya terdapat kejang. 
  3. Cedera kepala berat (severe head injury): Cedera kepala dengan nilai tingkat kesadaran (GCS) yaitu 3-8, tingkat kesadaran koma. Terjadi penurunan derajat kesadaran secara progresif. Tanda neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan kondisi luka menururt Pahria, Tuti adalah :

Trauma kepala terbuka : Trauma ini dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak  dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak, misalnya  akibat benda tajam atau tembakan. 
  • Fraktur linear: Fraktur linear pada daerah temporal, dimana arteri meningeal media berada dalam jalur tulang temporal, sering menyebabkan perdarahan epidural. Fraktur linear yang melintang garis tengah, sering menyebabkan perdarahan sinus dan robeknya sinus sagitalis superior. 
  • Fraktur basis cranii : Sering disebabkan karena trauma dari atas atau kepala bagian atas membentur  jalan atau benda diam. Fraktur di fosa anterior, sering terjadi keluarnya liquor melalui hidung  (rhinorhoe) dan adanya brill hematoma (raccoon eye). 
  • Fraktur petrosus : Berbentuk longitudinal dan transversal (lebih jarang). Fraktur longitudinal dibagi menjadi anterior dan posterior. Fraktur anterior biasanya karena tarauma di daerah temporal sedangkan yang posterior disebabkan karena trauma di daerah oksipital 
Trauma kepala tertutup                                                                 
Trauma kepala tertutup dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan pembuluh darah otak. Adapun macam-macam jenis trauma kepala tertutup adalah sebagaia berikut :
  1. Komusio serebri (gegar otak) : Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kurang dari 10 menit). Gejala – gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda di depan mata dan linglung. Komusio serebri tidak meninggalkan gejala sisa atau tidak menyebabkan kerusakan struktur otak. 
  2. Kontusio serebri (memar otak) : Merupakan perdarahan kecil atau petechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang akan menimbulkan edema jaringan otak di daerah sekitarnya. Bila daerah yang mengalami edema cukup luas akan terjadi peningkatan tekanan intracranial
Patofisiologi
Pada trauma kepala di mana kepala mengalami benturan yang kuat dan cepat akan menimbulkan pergerakan dan penekanan pada otak dan jaringan sekitarnya secara mendadak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan cedera akselerasi-deselerasi. Dipandang dari aspek mekanis, akselerasi dan deselerasi merupakan kejadian yang serupa, hanya berbeda arahnya saja. Efek akselerasi kepala pada bidang sagital dari posterior ke anterior adalah serupa dengan deselerasi kepala anterior-posterior (Satyanegara 2006)

Derajat kerusakan yang disebabkan oleh hal-hal ini tergantung pada kekuatan yang menimpanya-makin besar kekuatan, makin parah kerusakaannya. Ada dua macam kekuatan yang dikerahkan melalui dua jalan, yang mengakibatkan dua efek yang berbeda. Pertama, trauma setempat, yang disebabkan oleh benda tajam dengan kecepatan rendah dan tenaga kecil. Kerusakan fungsi neurologis terjadi di dalam tempat yang terbatas dan disebabkan oleh benda atau fragmen-fragmen tulang yang menembus dura pada tempat serangan. Kedua, cedera menyeluruh, yang lebih lazim ditemukan pada trauma tumpul kepala dan setelah kecelakaan mobil. Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diserap oleh lapisan-lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala, dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat , penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak pada waktu energi ini melewati jaringan otak dan menyebabkan kerusakan dan gangguan sepanjang jalan yang dilewati karena jaringan lunak menjadi sasaran kekuatan. 

Trauma yang terjadi pada waktu benturan dapat menimbulkan lesi, robekan atau memar pada permukaan otak, dengan adanya lesi, robekan, memar tersebut akan mengakibatkan gejala defisit neurologis yang tanda-tandanya adalah penurunan kesadaran yang progresif, reflek Babinski yang positif, kelumpuhan dan bila kesadaran pulih kembali biasanya menunjukkan adanya sindrom otak organik.

Pada trauma kepala dapat juga menimbulkan edema otak, dimana hal ini terjadi karena pada dinding kapiler mengalami kerusakan, ataupun peregangan pada sel-sel endotelnya. Sehingga cairan akan keluar dari pembuluh darah dan masuk ke jaringan otak karena adanya perbedaan tekanan antara tekanan intravaskuler dengan tekanan interstisial.

Akibat dari adanya edema, maka pembuluh darah otak akan mengalami penekanan yang berakibat aliran darah ke otak berkurang, sehingga akan hipoksia dan menimbulkan iskemia yang akhirnya gangguan pernapasan  asidosis respiratorik (Penurunan PH dan peningkatan PCO2 ). Akibat lain dari adanya perdarahan otak dan edema serebri yang paling berbahaya adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang timbul karena adanya proses desak ruang sebagai akibat dari banyaknya cairan yang bertumpuk di dalam otak. Peningkatan intra kranial yang terus berlanjut hingga terjadi kematian sel dan edema yang bertambah secara progresif, akan menyebabkan koma dengan TTIK yang terjadi karena kedua hemisfer otak atau batang otak sudah tidak berfungsi (Price, 2002 ).  

Manajemen medis secara umum pada trauma kepala ringan
  1. Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau  leher, lakukan foto tulang belakang servikal (proyeksi anterior-posterior, lateral, dan odontoid), kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh  tulang servikal C1-C7 normal. 
  2. Pada pasien dengan cedera kepala ringan  umumnya dapat dipulangkan  ke rumah  bila  hasil pemerikasaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya berjalan ) dalam batas normal, foto servikal jelas normal. 
  3. Temperatur badan: demam (temperatur > 101oF) mengeksaserbasi cedera otak dan harus diobati secara agresif dengan asetaminofen atau kompres dingin. Pengobatan penyebab (antibiotik) diberikan bila perlu (Mansjoer, Arif, 2001) 
  4. Antibiotikyang mengandung barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.
  5. Pemberian analgetika 
  6. Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak (Pahria, 2003)
Komplikasi trauma kepala
Menurut Hudak and Gallo, (2005 ) komplikasi trauma kepala yaitu :
  1. Edema pulmonal : Ini mungkin berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan dewasa. Edema paru dapat akibat dari trauma  pada otak yang menyebabkan adanya reflek cushing. Peningkatan pada tekanan darah sistemik terjadi sebagai respon dari sistem saraf simpatis pada peningkatan TIK. Peningkatan vasokontriksi tubuh umum ini menyebabkan  lebih banyak darah dialirkan ke paru-paru.
  2. Kejang : Kejang terjadi sekitar 10 % dari pasien trauma kepala selama fase akut perawat harus mempersiapkan kemungkinan kejang dengan menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral di samping tempat tidur dan peralatan penghisap dekat dalam jangkauan. Satu-satunya tindakan medis  terhadap kejang adalah terapi obat. Diazepam merupakan obat yang paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan melalui intravena. 
  3. Kebocoran cairan serebrospinal : Ini dapat akibat dari fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak basilar bagian petrosus dari tulang temporal.
Anda sedang membaca artikel tentang Trauma Kepala dan anda bisa menemukan artikel Trauma Kepala ini dengan url http://katumbu.blogspot.com/2012/08/konsep-dasar-trauma-kepala.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Trauma Kepala ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Trauma Kepala sumbernya.

2 komentar: