Home » , , » Konsep Dasar Meningitis TB

Konsep Dasar Meningitis TB

Konsep Dasar Meningitis TB

Pengertian
Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada meningen yang disebabkan oleh basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis (Dewanto, 2009).
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Harsono, 2005).
Meningitis tuberkulosis adalah penyebaran tuberkulosis primer dengan fokus infeksi ditempat lain (Mansjoer, 2000).
Meningitis tuberkulosis adalah komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier (Aditama, 2002).

Etiologi
Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis humanus, sedangkan menurut peneliti yang lain dalam  literatur yang berbeda meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh duamicobacterium yaitu Mycobacterium tubeculosis dan Mycobacterium bovis yang biasanya menyebabkan infeksi pada sapi dan jarang pada manusia. Mycobacterium tuberculosis merupakan basil yang berbentuk batang, berukuran 0,2-0,6 µm x 1,0-10µm, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat aerob, hal ini menerangkan predileksinya pada jaringan yang oksigenasinya tinggi seperti apeks paru, ginjal dan otak.
Mycobacterium tidak tampak dengan pewarnaan gram tetapi tampak dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Basil ini bersifat tahan asam, artinya tahan terhadap pewarnaan carbolfuchsin Yang menggunakan campuran asam klorida-etanol. Sifat tahan asam ini disebabkan karena kadar lipid yang tinggi pada dinding selnya. Lipid pada dinding sel basil Mycobacterium tuberculosis meliputi hampir 60% dari dinding selnya, dan merupakan hidrokarbon rantai panjang yang disebutasam mikolat. Mycobacterium tuberculosa tumbuh lambat dengan doubletime dalam 18-24 jam, maka secara klinis kulturnya memerlukan waktu 8 minggu sebelum dinyatakan negatif.
Patofisiologi
Meningitis tuberkulosis pada umumnya sebagai penyebaran infeksituberkulosis primer ditempat lain. Biasanya fokus infeksi primer di paru- paru. Tuberkulosis secara primer merupakan penyakit pada manusia. Reservoir infeksi utamanya adalah manusia, dan penyakit ini ditularkandari orang ke orang terutama melalui partikel droplet yang dikeluarkanoleh penderita tuberkulosis paru pada saat batuk. Partikel-partikel yang mengandung Mycobacterium tuberculosis ini dapat bertahan lama di udaraatau pada debu rumah dan terhirup masuk kedalam paru-paru orang sehat. Pintu masuk infeksi ini adalah saluran nafas sehingga infeksi pertama biasanya terjadi pada paru-paru. Transmisi melalui saluran cerna dan kulit jarang terjadi.

Droplet yang terinfeksi mencapai alveoli dan berkembang biak dalamruang alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal darisirkulasi. Sejumlah kuman menyebar terutama ke kelenjar getah beninghilus. Lesi primer pada paru-paru berupa lesi eksudatif parenkimal dankelenjar limfenya disebut kompleks “Ghon”. Pada fase awal kuman darikelenjar getah bening masuk kedalam aliran darah sehingga terjadi penyebaran hematogen. Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi, terbentuklah responimunitas selular terhadap infeksi tersebut. Limfosit-T distimulasi oleha ntigen basil ini untuk membentuk limfokin, yang kemudian mengaktivasi sel fagosit mononuklear dalam aliran darah. Dalam makrofag yang  diaktivasi ini organisme dapat mati, tetapi sebaliknya banyak juga makrofag yang mati. Kemudian terbentuklah tuberkel terdiri dari makrofag, limfosit dan sel-sel lain mengelilingi jaringan nekrotik dan perkijuan sebagai pusatnya. Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang yang sehat lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan jaringan fibrotik. Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, penyebaran hematogen akan menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang disebut sebagai tuberkulosis millier diseminata. Pada keadaan dimana respon host masih cukup efektif tetapi kurang efisien akan timbul fokus perkijuan yang besar dan mengalami enkapsulasi fibrosa tetapi menyimpan basil yang dorman. Klien dengan infeksi laten memiliki resiko 10% untuk  berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Reaktivasi dari fokus perkijuanakan terjadi bila daya tahan tubuh host menurun, maka akan terjadi pembesaran tuberkel, pusat perkijuan akan melunak dan mengalami pencairan, basil mengalami proliferasi, lesi akan pecah lalu melepaskanorganisme dan produk-produk antigen ke jaringan disekitarnya. Apabilahal-hal yang dijelaskan di atas terjadi pada susunan saraf pusat maka akan terjadi infeksi yang disebut meningitis tuberkulosis. Fokus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatandengan ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai “Focus Rich”. Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan pelepasan basil Tuberkulosis dan antigennya kedalam ruang sub arakhnoidatau sistem ventrikel, sehingga terjadi meningitis tuberkulosis.
Tanda dan Gejala
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK:
  1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering.
  2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma
  3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut: Rigiditasi nukal (kaku leher) upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot leher, Tanda kernik positif; ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna, Tanda brudziki; bila leher pasien di fleksikan maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstermitas bawah pada salah satu sisi ekstermitas yang berlawanan.
  4. Mengalami foto fobia atau sensitif  yang berlebihan pada cahaya.
  5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
  6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
  7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikemia : demam tinggi tiba-tiba muncul lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata (Smetzer et al., 2001).
Gejala klinik meningitis berdasarkan stadium adalah sebagai berikiut:
  • Stadium I : Stadium prodomal berlangsung lebih kurang 2 sampai 3 bulan. Permulaan penyakit ini bersifat sub akut, sering panas atau kenaikan suhu yang ringan atau hanya dengan tanda-tanda infeksi umum, tak ada nafsu makan, muntah-muntah, murung, berat badan turun, tak ada gairah, mudah tersinggung, cengeng, tidur terganggu dan gangguan kasadaran berupa apatis, gejala-gejala tadi lebih sering terlihat pada anak kecil. Anak yang lebih besar mengetahui nyeri kepala, tak ada nafsu makan, obstipasi, muntah-muntah, pola tidur terganggu; pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, tak ada nafsu makan, foto fobia, nyeri punggung, halusinasi, delusi dan sangat gelisah.
  • Stadium II : Gejala-gejala terlihat lebih berat, terdapat kejang umum atau fokal terutama pada anak kecil dan bayi. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku dan timbul opistotonus, terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Nyeri kepala bertambah berat dan progresif menyebabkan si anak berteriak dan menangis dengan nada yang khas yaitu meningeal cry. Kesadaran makin menurun. Terdapat gangguan nervus kranial antara lain : N II, III, IV, VI, VII dan VIII. Dalam stadium ini dapat terjadi defisit neurologis fokal seperti hemiparesis, hemiplegia karena infark otak dan rigiditas deserebrasi. Pada funduskopi dapat ditemukan atrofi N. II dan koroid dan ukurannya sekitar setengah diameter papil.
  • Stadium III: Dalam stadium ini suhu tidak teratur dan semakin tinggi yang disebabkan oleh terganggunya regulasi pada diensefalon. Pernapasan dan nadi juga tidak teratur dan terdapat gangguan dalam bentuk cheyne-stokes atau kussmaul. Gangguan miksi berupa retensi atau inkontinesia urin. Di dapatkan pula adanya gangguan kesadaran makin menurun sampai koma yang dalam. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu 3 minggu bila tidak memperoleh pengobatan sebagaimana mestinya.
5.    Komplikasi
  • Peningkatan tekanan intrakranial
  • Hydrosephalus 
  • Defisit saraf kranial
  • Ensepalitis
  • Syndrome of inapporiate secretion of antidiuretic hormone (SIADH).
  • Abses otak
  • Kerusakan visual
  • Defisit intelektual
  • Kejang
  • Endokarditis
  • Pneumonia (Tarwoto, 2003).
6.    Pemeriksaan penunjang
  1. Pemeriksaan radiologi pada meningitis tuberkulosis meliputi pemeriksaan Rontgent thorax, CT-scan, MRI. Pada klien dengan meningitis tuberkulosis umumnya didapatkan gambaran tuberkulosis paru primer pada pemeriksaan rontgen tthoraks, kadang - kadang disertai dengan penyebaran milier dan kalsifikasi. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan dan MRI dapat terlihat adanya hidrosefalus, inflamasi meningen dan tuberkoloma. Gambaran rontgent thoraks yang normal tidak menyingkirkan diagnosa meningitis tuberkulosis.
  2. Tes Tuberkulin : Tuberkulin hanya mendeteksi reaksi hipersensitifitas lambat,tidak menandakan adanya infeksi aktif sehingga penggunaannyauntuk mendiagnosis infeksi aktif dan meningitis tuberkulosis masih kurang sensitif. Namun pemeriksaan tuberkulin yang positif pada anak memiliki nilai diagnostik, sementara pada orang dewasa hanya menandakan adanya riwayat kontak dengan antigen tuberkulosis, dan dapat memberikan arah untuk pemeriksaan selanjutnya.
  3. Cairan Serebrospinal : Pemeriksaan cairan serebrospinal merupakan diagnostik yangefektif untuk mendiagnosis meningitis tuberkulosis. Gambaran cairan serebrospinal yang karakteristik pada meningitis tuberculosis adalah: Cairan jernih sedikit kekuningan atau xantocrom, Pleositosis yang moderat biasanya antara 100-400 sel/mm dengan predominan limfosit, Kadar glukosa yang rendah 30-45 mg/dL atau kurang dari50% nilai glukosa darah. Peningkatan kadar protein.
  4. Bakteriologi Identifikasi basil tuberkulosis pada cairan serebrospinal memilikiakurasi yang sangat tinggi hingga 100% dalam mendiagnosismeningitis tuberkulosis. Untuk mendiagnosis basil tersebut dapatdilakukan dengan cara pemeriksaan apus langsung BTA dengan metode Ziehl-Neelsen dan dengan cara kultur pada cairan serebrospinal.
  5. Pemeriksaan Biokimia: Pemeriksaan ini untuk mengukur sifat tertentu dari mycobacterium atau respon tubuh penderita terhadap mycobacterium.
  6. Tes ImmunologisYang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalamcairan serebrospinal, metoda yang sering digunakan dalam tesimunologis antara lain: ELISA (enzym linked immuno sorbent assay) dan Polymerase Chain Reaction (PCR)
7.    Penatalaksanaan Medic
Penatalaksanan meningitis tuberculosis adalah OAT
Efek samping OAT :
1)    Isoniazid (H)
Efek samping berat yaitu terjadi hepatitis dan terjadi pada kira-kira 0,5% dari kasus. Bila terjadi maka pengobatan dihentikan, dan setelah pemeriksaan faal hati kembali normal pengobatan dapat dilaksanakan kembali
Efek samping ringan berupa
(a)    Tanda-tanda keracunan saraf tepi, kesemutan, anastesia dan nyeri otot
(b)    Kelainan yang menyerupai syndroma pellagra
(c)    Kelainan kulit yang bervariasi antara lain gatal-gatal
2)    Rifampisin (R)
Efeksamping berat jarang terjadi  seperti : sesak nafas yang kadang-kadang disertai kollaps atau syok, anemia hemolitik, purpura dan gagal ginjal. Efek samping ringan seperti : gatal-gatal, kemerahan, demam, nyeri tulang, nyeri perut, mual muntah dan kadang-kadang diare.
3)    Pyrazinamid (Z)
Efek samping utama adalah hepatitis, dapat terjadi nyeri sendi dan kadang-kadang serangan penyakit gout.
4)    Ethambutol (E)
Dapat menyebabkan gangguan penglihatan, berkurangnya ketajaman penglihatan, kabur dan buta warna merah dan hijau.
b)    Steroid
Diberikan untuk:
1)    Menghambat reaksi inflamasi
2)    Mencegah komplikasi
3)    Menurunkan edema serebri
4)    Mencegah perlekatan
5)    Mencegah arteritis/infark otak
Indikasi:
1)    Kesadaran menurun
2)    Defisit neurologis fokal
Dosis:
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2-3 minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan (Mansjoer et al, 2000).
Tujuan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis adalah menyembuhkan penderita dari penyakit tuberkulosis yang dideritanya, mencegah kematian akibat tuberkulosis, mencegah terjadinya relaps, mencegah penularan dan sekaligus mencegah terjadinya resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang diberikan.
Perawatan
  • Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, posisi klien, perawatan kandung kemih, dan defekasi serta perawatan umum lainnya sesuai dengan kondisi klien.
  • Pemberian nutrisi melalui NGT
  • Atur posisi yang nyaman
Askepnya Klik Disini
Anda sedang membaca artikel tentang Konsep Dasar Meningitis TB dan anda bisa menemukan artikel Konsep Dasar Meningitis TB ini dengan url http://katumbu.blogspot.com/2012/08/konsep-dasar-meningitis-tb.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Konsep Dasar Meningitis TB ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Konsep Dasar Meningitis TB sumbernya.

4 komentar:

  1. Postingan yang sangat bermutu sekali sobat
    alhamdulillah, dengan mengunjungi dan membaca postingan ini bisa menambah pengetahuan saya sobat.
    Terima kasih

    BalasHapus
  2. Jangan sampai dech si cantik ini kena penyakit Meningtis TB,jadi ngeri nieh sob,hehe.
    Nice share,tentunya sangat bermanfaat.
    Makasih sudah berbagi,happy blogging.

    BalasHapus