Konsep Medis Tetanus
Pengertian
Tetanus adalah penyakit akut yang
disebapkan oleh eksotoksin yang dikeluarkan oleh basil tetanus yang hidup
secara anaerobic pada luka. Ciri khas dari tetanus adalah adanya kontraksi otot
disertai rasa sakit, terutama otot leher kemudiaan diikuti otot-otot seluruh
badan .
Tetanus
adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan
otot-otot rangka (Muttaqin, 2009, p. 219).
Penyakit tetanus adalah penyakit
infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani, yang ditandai
dengan gejala kekakuan dan kejang otot (Batticaca, 2008, p. 126)
Etiologi
Penyakit tetanus disebabkan oleh
toksin kuman Clostridium tetani yang dapat masuk melalui luka tusuk, gigitan
binatang, luka bakar, luka operasi yang tidak dirawat dan tidak dibersihkan
dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril, dan
penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman Clostridium tetani
lebih mudah bila klien belum terimunisasi. Bakteri ini berspora, dijumpai pada
tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi
dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa
tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau
bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin
yang bernama tetanospasmin (Behrman, 2000, p. 1004).
Patofisiologi
Bentuk spora dalam suasana
anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin.
Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan
hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal
maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan
saraf otak juga terpengaruh.
Sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran
ini dapat diubah oleh : Perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraselular, Rangsangan yang datang mendadak
misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya Perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan
demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh
tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat (Batticaca, 2008, p. 126).
Tanda dan Gejala
Masa tunas tetanus berkisar
antara 2 – 21 hari, timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului oleh
ketegangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran
membuka mulut (trimus) karena spasme otot mesester. Kejang ini akan berlanjut
ke kuduk (epistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila
serangan kejang tonik sedang berlangsung, sering tampak risus sardonicus karena
spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke
luar dan kebawah, bibir tertekam kuat pada gigi.
Kriteria tetanus dibagi menjadi
tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut :
- Derajat I (ringan) : Kasus tanpa disfagia dan gangguan respirasi.
- Derajat II (sedang) : Kasus dengan spastisitas nyata, gangguan menelan (disfagia) dan gangguan respirasi.
- Derajat IIIa (berat) : Kasus dengan spastisitas berat disertai spasme berat.
- Derajat IIIb (sangat berat) : Sama dengan tingkat IIIa disertai adanya aktivitas simpatis berlebihan (disotonomia).
Gambaran umum yang khas pada
tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstensi,
lengan kaku dengan tangan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul
paroksismal dapat dicetuskan oleh ransangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan
tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot yang sangat kuat dapat
terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat fraktur collumna
vetebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam ringan dan biasanya pada stadium
akhir.
Gejala klinis dari penyakit
tetanus antara lain :
- Badan kaku dengan opistotonus.
- Tungkai dalam ekstensi.
- Lengan kaku dengan tangan mengepal.
- Kesadaran tetap baik
- Masa inkubasi berkisar antara tiga hari sampai empat minggu, kadang – kadang dapat lebih lama, rata-rata 8 hari.
- Tetanus dapat timbul sebagai tetanus local, terutama pada organ yang telah mendapat imunisasi.
- Gejalanya berupa spasme persisten pada kelompok otot dekat luka yang terkontaminasi.
- Nervus terganggu : III, IV, VII, IX, X dan XII.
- Penting diperhatikan bahwa adanya spasme otot disekitar luka mungkin merupakan gejala awal dari tetanus (Batticaca, 2008, p. 126).
Komplikasi
Komplikasi tetanus meliputi :
Kegagalan respirasi
Komplikasi sistem pernapasan
antara lain atelektasis, aspirasi pneumonia dan bronkhopneumonia yang ada
umumnya berhubungan dengan kesulitan pasien untuk mengeluarkan secret. Spasme
laring biasanya berlarut – larut dan terus – menerus sehingga menimbulkan
hipoksia.
Sepsis
Komplikasi yang paling berat
adalah sepsis dengan atau tanpa bakteriemi dengan sindroma sepsis yang
berkembang cepat. Sumber potensial dari sepsis adalah luka tracheostomi,
pemberian cairan intravena, kateter, tubeventilator, nebulizer dan dekubitus.
Gangguan keseimbangan cairan
elektrolit
Berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan melalui hyperhidrasi dan yang lebih jarang sekrelis
saliva yang berlebihan.
Fraktur
Terutama pada tulang vertebra
thorakal 4 – 6. Kadang – kadang vertebra lumbal dan manubrium. Disebapkan oleh
karena kejang yang sangat kuat (Batticaca, 2008, p. 126).
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan
laboratorium yang karateristik untuk tetanus. Pada pemeriksaan darah, jumlah
lekosit mungkin meningkat, laju endap darah sedikit meningkat, pemeriksaan
cairan serebrospinal masih dalam batas normal. Tingkat serum enzim otot mungkin
meningkat. Diagnosis ditegakan secara klinis dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik dan tidak tergantung pada konfirmasi bakteriologis (Batticaca, 2008, p. 127).
Penatalaksanaan Medik
- Pemberian anti toksin seperti anti toksin 20.000 IV/IM
- Pemberian anti kejang seperti diazepam 4 mg/kgBB/ dibagi dalam 6 dosis.
- Pemberian antibiotik seperti penisillin prokain 2-3 hari 50.000 U/kgBB/hari (Batticaca, 2008, p. 128).
Perawatan
- Merawat dan membersihkan luka.
- Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan luar
- Mengatur cairan dan elektrolit (Batticaca, 2008, p. 128).
Mudah-mudahan bisa bermanfaat..
Askep tentang tetanus menyusul...!!! Askepnya Klik Disini
nice info gan :D
BalasHapuswah..wah.. thank's share sob,, slm kenal :D
BalasHapus