Home » » Askep Fraktur

Askep Fraktur

Askep Fraktur

Dipostingan sebelumnya telah dibahas tentang konsep medis dari fraktur kali ini saya akan mencoba untuk membahas tentang konsep askep fraktur. Maaf kalau dalam askep fraktur ini banyak kekuranganya. Saya berharap dapat membantu teman - teman sejahwat saya. Okelah langsung saja kita mulai..!!

Pengkajian
Pengkajian adalah bagian dari proses keperawatn yang terdiri dari pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan masalah keperwatan pada klien. Data yang dikumpulkan berupa data subyektif dan data objektif. Metode yang digunakan wawancara, inspeksi, palpasi, perkursi, dan auskultasi (long CB : 1998)

Keluhan utama masuk Rumah Sakit
Keluhan yang paling dirasakan yang merupakan alasan klien sehingga masuk rumah sakit atau dibawah ke rumah sakit. pada umumnya pada kasus fraktur yang menjadi keluhan utama adalah nyeri baik nyeri tekan atau nyeri gerak.

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi terhadap berbagai sistim tubuh. Maka akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :

Keadaan Umum
Pada klien yang imobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya, meliputi penampilan, postur tubuh dan gaya bicara, karena imobilisasi biasanya akan mengalami kelemahan. Kebersihan dirinya kurang, bentuk tubuh kurus akibat adanya penurunan berat badan, tetapi gaya bicaranya masih normal, kesadarannya composmentis.

Sistem Pernapasan
Perlu dilakukan pengkajian mulai dari bentuk tubuh, ada tidaknya secret pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas, kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, auskultasi bunyi napas.

Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian mulai dilaksanakan dari warna konjingtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis, dengan auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung frekuensi denyut nadi.

Sistim Pencernaan
Pengkajian meliputi keadaan mulut, gigi, bibir, lidah, peristaltik usus, dan BAB. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui secara dini penyimpangan pada sistim ini.

Sistim Genitourinaria
Dapat dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang. Observasi dan palpasi

Sistem musculoskeletal
Yang perlu dikaji pada sistim ini adalah range of montion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah. Ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak. Toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat fraktur terbuka. Selain ROM tonus dan kekuatan otot dikaji karena klien immobilitas biasanya tonus dan kekuatan otot menurun.

Sistem integumen
Yang perlu dikaji adalah keadaan kulit, rambut dan kuku.  Pemeriksaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, warna dan fungsi perabaan.

Pola Aktivitas Sehari-Hari
Pola aktivitas sehari-hari pada klien yang mengalami fraktur meliputi frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan, jenis dan kuantitas minum dan eliminasi yang meliputi BAB (frekuensi, warna, konsistensi).  Personal hygiene (frekuensi mandi, mencuci rambut, menggosok gigi, mengganti pakaian, menyisir rambut dan menggunting kuku).  Olah raga (frekuensi dan jenis olah raga).  Rekreasi (frekuensi dan tempat rekreasi).

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada fraktur biasanya
  1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang edema, cedara pada jaringan tulang lunak, alat traksi atau immobilisasi, stress, ansietas. 
  2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro muskukler : nyeri/ketidak nyamanan, terapi rekritif (imobilisasi tungkai)
  3. Kerusakan integritas kulit (actual/resiko) berhubungan dengan cedara tusuk; fraktur terbuka; bedah perbaikan; pemasangan traksi, kawat, sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksudasi/secret dan imobilisasi fisik.
  4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/.mengigat, salah interpretasi informasi.
  5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekutnya ketahanan primer : kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur infasif trauma tulang.
  6. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilang integritas tulang (fraktur)
  7. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan penurunan/iterupsi aliran darah; cedara vaskuler langsung, udema paru  berlebihan, pembentukan thrombus, hipovilemia.
Perencanaan Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang edema, cedera pada jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : 
Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria evaluasi :
Menunjukkan tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/ istirahat dengan tepat
Menyatakan nyeri hilang
Intervensi :
  • Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi. 
  • Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
  • Lakukan dan awasi latihan rentan gerak pasif / aktif
  • Berikan alternative tindakan kenyamanan, contoh pijatan-pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional : 
  • Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan, jaringan yang cedera. 
  • Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
  • Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
  • Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan otot.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler: Nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi tungkai).
Tujuan :
Klien akan mempertahankan mobilisasi pada tingkat yang lebh tinggi.

Kriteria evaluasi :
Menyatakan ketidaknyamanan hilang
Menunjukkan perilaku /tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Menunjukkan penggunaan keteramplan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

Intervensi :
  • Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsangan lingkungan contohnya : radio, tv, koran, barang milik pribadi/ lukisan, kalender, jam, kunjungan keluarga/teman. 
  • Intruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
  • Dorong kegunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit.
  • Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur).

Rasional :
  • Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial. 
  • Meningkatkan aliran darah keotot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi; mencega kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
  • Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan : latihan ini dikontraindikasikan pada perdarahan akut/edema.
  • Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkatkan kesehatan diri langsung.

Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)
Tujuan :
Klien dapat mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur

Kriteria evaluasi :
Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
Menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan tepat. 

Intervensi : 
  • Mempertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak atau membalik. 
  • Sokong fraktur dengan bantal/ gulungan selimut.  Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir pembebat, gulungan trokanter papan kaki.
  • Kaji integritas alat piksasi eksternal
Rasional  :
  • Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau penyembuhan. 
  • Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi yang tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
  • Traksi hoffman  memberikan stabilisasi dan sokongan fraktur tanpa menggunakan katrol, tali atau beban, memungkinkan mobilitas/ kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka. Kurang atau berlebihannya keketatan klem/keketatan dapat mengubah tekanan kerangka, menyebabkan kesalahan posisi.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan primer: Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur invasif traksi tulang.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan kondisi tulang yang fraktur dan jaringan lunak yang adekuat.

Kriteria evaluasi :
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi :

  • Kaji tanda-tanda infeksi seperti panas, kemerahan, nyeri dan lain-lain. 
  • Perawatan luka dengan tehnik septik
  • Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional :
  • Dapat mengidentifikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan, yang dapat menimbulkan osteomielitis. 
  • Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi 
  • Antibiotk dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.
Anda sedang membaca artikel tentang Askep Fraktur dan anda bisa menemukan artikel Askep Fraktur ini dengan url http://katumbu.blogspot.com/2012/08/askep-fraktur.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Askep Fraktur ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Askep Fraktur sumbernya.

1 komentar:

  1. Wah mantap sekali sobat, postingan ini banyak memberi ilmu pengetahuan buat saya,...terutama mengenai Askep Fraktur
    Terima kasih sobat..
    salam..??!

    BalasHapus