Anestesia Inhalasi
Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesia yang berupa gas
atau cairan mudah menguap, yang
diberikan melalui pernafasan pasien.Campuran gas atau uap obat anestesia dan
oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke
kapiler sesuai dengan sifat fisik masing masing gas.
Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum.
Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat
menyebabkan keadaan tidak sadar dan
amnesia, yang merupakan hal yang penting dari anestesia umum. Bila ditambahkan obat
intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta menggunakan teknik yang baik, akan
menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi yang lebih dalam. Kemudahan
dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek yang dapat dimonitor
membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum. Tidak seperti
anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada
jaringan dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini.
Sebagai tambahan, penggunaan gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya
untuk anestesia umum. Hal yang harus sangat diperhatikan dari anestesi inhalasi
adalah sempitnya batas dosis terapi dan dosis yang mematikan. Sebenarnya hal
ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi jaringan dan dengan mentitrasi
tanda-tanda klinis dari pasien. Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk
pemeliharaan pada anestesi umum, akan tetapi juga dapat dipakai sebagai
induksi, terutama pada pasien anak-anak. Gas anestesi inhalasi yang banyak
dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu sevofluran dan
desfluran. sedangkan pada anak-anak, halotan dan sevofluran paling sering
dipakai. Walaupun dari obat-obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh :
penurunan tekanan darah tergantung dosis), namun setiap gas ini memiliki efek
yang unik, yang menjadi pertimbangan bagi para klinisi untuk memilih obat mana
yang akan dipakai. Perbedaan ini harus disesuaikan dengan kesehatan pasien dan
efek yang direncanakan sesuai dengan prosedur bedah.
Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :
Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :
1.
Obat anestesia umum inhalasi yang
berupa cairan yang mudah menguap :
a. Derivat halogen hidrokarbon.
ü Halothan
ü Trikhloroetilen
ü Khloroform
b. Derivat eter.
ü Dietil eter
ü Metoksifluran
ü Enfluran
ü Isofluran
a. Derivat halogen hidrokarbon.
ü Halothan
ü Trikhloroetilen
ü Khloroform
b. Derivat eter.
ü Dietil eter
ü Metoksifluran
ü Enfluran
ü Isofluran
2.
Obat anestesia umum yang berupa gas
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat anestetik inhlasi sangat rumit, dan masih merupakan
misteri dalam farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui
pernapasan menujuorgan sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam
dunia anestesiologi.
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat
fisiknya :
1. Ambilan alveolus.
2. Difusi gas dari paru ke darah.
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan ambilan alveolus. Dalam praktek, kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada yang larut. Kecepatan induksi anestesi, seperti yang telah disebutkan di atas dipengaruhi salah satunya oleh kelarutan zat anestesi di dalam darah, yang tergantung dari potensi masing -masing zat anestesi. Derajat potensi ini ditentukan oleh Kadar alveolus minimal (KAM) atau MAC (minimum alveolar concentration). MAC ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya imobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai MAC. Makin tinggi MAC, maka makin rendah potensi zat anestesi tersebut. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial zat anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat. Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh :
Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan ambilan alveolus. Dalam praktek, kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada yang larut. Kecepatan induksi anestesi, seperti yang telah disebutkan di atas dipengaruhi salah satunya oleh kelarutan zat anestesi di dalam darah, yang tergantung dari potensi masing -masing zat anestesi. Derajat potensi ini ditentukan oleh Kadar alveolus minimal (KAM) atau MAC (minimum alveolar concentration). MAC ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya imobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai MAC. Makin tinggi MAC, maka makin rendah potensi zat anestesi tersebut. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial zat anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat. Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh :
1. Konsentrasi inspirasi
Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka
ambilan paru berhenti dan konsentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli. Hal
ini dalam praktek tak pernah terjadi. Induksi makin cepat kalau konsentrasi
makin tinggi, asalkan tak terjadi depresi nafas atau kejang laring. Induksi
makin cepat jika disertai oleh N2O (efek gas
kedua).
2. Ventilator alveolar
2. Ventilator alveolar
Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan
sebaliknya.
3. Koefisien darah/gas
3. Koefisien darah/gas
Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah
konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.
4. Curah jantung atau aliran darah paru
4. Curah jantung atau aliran darah paru
Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah.
5. Hubungan ventilasi-perfusi
5. Hubungan ventilasi-perfusi
Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestesi. Jumlah uap dalam
mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang sebenarnya, karena sebagian uap
tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar sebelum
mencapai pernapasan. Konsentrasi zat anestesi yang tinggi, ventilasi alveolus
yang meningkat, serta koefisien partisi darah/gas dan koefisien partisi darah /
jaringan yang rendah dari suatu zat anestesi, akan menyebabkan peningkatan
tekanan parsial zat anestesi dalam alveolus, darah dan jaringan. Otak merupakan
organ yang banyak mendapat aliran darah, sehingga tekanan parsial zat anestesi
di dalam otak akan cepat meningkat dan pasien cepat kehilangan kesadaran. Hal
tersebut di atas dapat berfungsi dengan baik, apabila fungsi paru-paru baik.
Fungsi paru-paru dapat diketahui antara lain dengan mengukur volume paru-paru.
Dalam klinis, pengukuran yang sering dilakukan dan berguna adalah kapasitas
vital, kapasitas paru total, kapasitas reidu fungsional, dan volume residual.
Nilai normal volume tersebut bisa berbeda-beda, tergantung oleh umur, tinggi badan, berat badan,
jenis kelamin, posisi dan fisik seseorang. Laki-laki dewasa muda (kira-kira 4,6
L) mempunyai kapasitas vital lebih besar dibandingkan dengan wanita dewasa muda
(kira-kira 3,1 L), orang tinggi biasanya mempunyai kapasitas vital yang lebih
besar dibandingkan dengan orang pendek, seorang atlet terlatih mempunyai
kapasitas vital yang lebih besar daripada orang biasa, pada obesitas terjadi
penurunan kapasitas vital, kapasitas residu fungsional, dan kapasitas paru
total. Penderita penyakit paru-paru, volume-volume tersebut dapat menurun
maupun meningkat.
Daftar pustaka
Hurford - Clinical Anesthesia Procedures of the Massachusetts General
Hospital 6th ed
P.G.Barash, B.F.Cullen, R.K.Stoelting - Clinical
Anesthesia. 4th edition
Download artikel : Klik Disini
walau saya kurang paham masalah obat-obatan yang pasti info ini sagat bermanfaat sekali.terima kasih sudah share gan.
BalasHapusblognya gak pake loading ik, keren... akses e cepet
BalasHapussaya tidak ada pengetahuan pada artikel di atas.. so blogwalking saja, izin menyapa.. :)
BalasHapusMakasih sharing nya .. walau saya tidak tahu banyak mengenai hal yang tertulis ..
BalasHapusSalam kenal ..
nice sob,,,follow blog ane ya sobat..
BalasHapusKunjungan subuh sob
BalasHapuswahh,, bahasa kedokteran neh ya gan,,, izin nyimak biar tau dikit dikit hehhehe
BalasHapusane udah follow sob,,salam kenal
BalasHapuskunjungan persahabatan >> selamat siang dan selamat beraktifitas buat sobat bloger semua.
BalasHapussemoga kedepannya indonesia akan lebih sehat lagi mas ya :) izin menyimak mas :)
BalasHapusdi sini saya bisa belajar banyak mengenai anaesthesia..trimakasih kawan sudah berbagi....salam Ramadhan :)
BalasHapus