Pages

Penyakit Kusta Masih Ditakuti

Sampai saat ini penyakit kusta masih ditakuti oleh sebagian besar masyarakat. Keadaan ini terjadi karena pengetahuan yang kurang,  pengertian yang salah, dan kepercayaan yang keliru tentang penyakit kusta dan kecacatan yang ditimbulkannya. Padahal, berkat kemajuan teknologi pengobatan dengan Multi Drug Treatment (MDT) dan pemanfaatan teknologi komunikasi mutakhir, seharusnya penyakit kusta sudah dapat diatasi dan tidak menjadi masalah kesehatan lagi.
Namun, karena permasalahan penyakit kusta sangat kompleks, maka  pemberantasan  penyakit kusta tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh Kementerian Kesehatan tanpa bermitra dengan berbagai program dan sektor, baik dalam upaya pemberantasan, rehabilitasi medis, maupun  rehabilitasi sosial/ekonomi. Oleh karena itu, perlu dukungan dan kerjasama dari seluruh  lintas sektor terkait dalam pemberantasan kusta di Tanah Air.

Demikian sambutan Menkes dr.Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr. PH pada acara puncak Peringatan Hari Kusta Sedunia tahun 2010, di Taman Menteng, Jakarta. Puncak acara diisi dengan senam bersama dengan lebih dari 200 mantan penderita kusta, keluarga pasien dan petugas kesehatan. Senam bersama juga diikuti pejabat dari Kementerian Sosial, Diknas, Agama, Perindustrian, Tenaga Kerja, serta Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pejabat Eselon I dan  II di jajaran  Kementerian Kesehatan, Perwakilan WHO di Indonesia, serta undangan lainnya


Menkes menjelaskan, secara nasional, Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta tahun 2000. Tapi sampai saat ini Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak. Masih ada 14 propinsi dan 150 kabupaten yang belum mencapai eliminasi dan yang harus lebih intensif dalam pelaksanaan program kusta. Sedangkan propinsi dan kabupaten yang sudah mencapai eliminasi masih perlu tetap memberikan komitmennya untuk mempertahankan status eliminasinya dengan melakukan kegiatan pemberantasan kusta secara rutin.


Sejalan dengan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan ini maka upaya pemberdayaan mantan penderita kusta untuk dapat hidup mandiri secara berkeadilan merupakan hal yang penting, tambah Menkes.


Menurut Menkes, jajaran kesehatan perlu bermitra dengan lintas sektor terkait dan juga dengan mantan penderita kusta. Para mantan penderita kusta  dapat membantu  penemuan kasus kusta sedini mungkin dan dalam pelaksanaan sosialisasi penyakit kusta secara  benar. Sehingga para penderita kusta dapat ditemukan dan diobati sedini mungkin untuk mencegah kecacatan.


Menkes menambahkan dengan sosialisasi diharapkan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap penderita kusta dapat dicegah dan dihindari sejauh mungkin. Keberhasilan pemberantasan penyakit kusta sangat ditentukan oleh pengobatan dengan Multi Drug Therapy (MDT) yang dapat menyembuhkan, memutus mata rantai penularan, serta mencegah terjadinya kecacatan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan strategi global untuk terus berupaya menurunkan beban penyakit kusta dalam: ”Enhanced global strategy for futher reducing the disease burden due to leprosy 2011 – 2015”; dimana target yang ditentukan adalah penurunan sebesar 35% angka cacat kusta pada akhir tahun 2015 berdasarkan data tahun 2010. Dengan demikian, tahun 2010 merupakan tonggak penentuan pencapaian target tersebut.

”Oleh karena itu, saya mengajak semua kalangan untuk berkomitmen menjadikan hari ini sebagai awal kepedulian kita terhadap kusta. Sehingga pada akhirnya Indonesia Bebas Kusta bukan sekedar slogan semata, tetapi suatu kenyataan”, tegas Menkes.


Menkes mengingatkan kepada para pengambil kebijakan, petugas di sarana kesehatan maupun masyarakat, Indonesia masih mempunyai kantong-kantong penyakit kusta yang perlu mendapat penanganan secara bersama-sama, melalui berbagai kegiatan termasuk juga dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan  peringatan Hari Kusta Sedunia.


Penetapan Hari Kusta (Leprosy Day) diperjuangkan  oleh seorang wartawan Perancis bernama Raoul Fallereau. Selama 30 tahun Raoul Fallereau mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan nasib penderita kusta dan untuk menghilangkan stigma sosial di masyarakat. Pada tahun 1955, terdapat 150 radio dari 60 negara yang menyiarkan kampanye pemberantasan penyakit kusta. Peristiwa ini terjadi pada hari Minggu terakhir bulan Desember 1955. Sejak itu di Eropa, Hari Kusta Sedunia (World Leprosy Day) ditetapkan hari Minggu terakhir Desember. Sedangkan di negara-negara Asia, untuk mengenang jasa-jasa Mahatma Gandhi, yang sangat menaruh perhatian dan besar jasanya kepada penderita kusta, Hari Kusta Sedunia ditetapkan pada Minggu terakhir Januari, untuk memperingati terbunuhnya Mahatma Gandhi.


Tema peringatan Hari Kusta ke-57 pada tahun 2010 ”Bersama Orang Yang Pernah Mengalami Kusta Kita Wujudkan Kemandirian Dan Keadilan”. Tema ini dimaksudkan  untuk  meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat serta stakeholders dalam pemberantasan kusta serta memberikan dukungan kepada orang yang pernah mengalami kusta agar mandiri dan mendapatkan keadilan yang pada akhirnya untuk mencapai Indonesia bebas kusta.


Sumber : Depkes RI

4 komentar:

  1. bagus si penjelasan dan dukungan terhadap penyakit kustanya, termasuk menkes dan gerakan dunianya. tapi ada satu yang jadi masalah, klo bukan orang kesehatan, aka bingung. kenapa? karena ga di jelasin penyakit kustanya seperti apa... bagaimana efeknya dan penderitanya mengalami apa, ga ada kayanya di atas.

    makanya saya bingung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas komentnya brow. memberikan ide untuk posting lagi tentang penyakitnya..

      Hapus